Apa Itu Politik Luar Negeri5/1/2021
Presiden Soekarno berusaha keras dalam memperkenalkan Indonesia pada kacah internasional melalui slogan revolusi nasionalnya yakni Nasakom (nasionalis, agama dan komunis).Indonesia sangat membutuhkan landasan yang kuat bagi pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif ini.Hal ini bertujuan agar dalam pelaksanaannya di Indonesia tidak melenceng dari tujuan awal yang telah disepakati bersama pendiri negara lainnya.Selain itu, politik luar negeri Indonesia juga diperuntukkan agar bangsa Indonesia dapat berinteraksi dan berperan aktif dalam mengembangkan hubungannya dengan negara lain.
Sebagai negara yang berdaulat, Indonesia telah merumuskan landasan operasional politik luar negerinya. Pada perkembangannya, bangsa Indonesia sudah menegaskan bahwa ia tidak akan memihak pada salah satu blok yang bersitegang. Penegasan tersebut telah diuraikan oleh Sutan Syahrir melalui pidatonya dalam acara Inter Asian Relations Conference di New Delhi pada 23 Maret-2 April 1947. Dalam pidato tersebut Sutan Syahrir mengajak negara-negara yang ada di Asia untuk bersatu atas dasar kepentingan bersama. Hal ini ditujukan untuk dapat mencapai perdamaian dunia yang semestinya. Dan berikut merupakan penerapan politik luar negeri Indonesia dari masa ke masa. Politik Luar Negeri Indonesia Masa Demokrasi Liberal Politik luar negeri Indonesia pada era demokrasi liberal sangat erat kaitannya dengan pihak-pihak yang berkuasa. Setiap kabinet memiliki cara pandangnya sendiri terhadap prinsip politik ini. Adanya perbedaan tersebut seringkali menimbulkan perdebatan dalam parlemen, yang akhirnya justru akan berakhir dengan pembubaran kabinet iu sendiri. Seperti yang kita tahu, era demokrasi liberal sangat kuat kaitannya dengan adanya mosi tidak percaya yang dapat sewaktu waktu menjatuhkan kabinet yang sedang berkuasa. Namun, jatuhnya kabinet itu sendiri terjadi karena dalam pelaksanaan politik luar negeri ini tidak memiliki tolak ukur yang pasti. Kabinet Sukiman ini jatuh akibat kebijakan mengenai politik luar negeri yang coba diterapkan melanggar aturan yang ada. Ahmad Soebardjo yang saat itu menjabat sebagai menteri luar negeri pada kabinet Sukiman menyepakati sebuah perjanjian bersama Duta Amerika Serikat. Dengan adanya hal tersebut, kabinet Sukiman dianggap gagal dalam menerapkan kebijakan politik luar negeri bebas aktif ini. Berbeda dengan Kabinet Burhanudin Harahap, pemerintah pada masa ini berusaha untuk mengoptimakan diberlakukannya politik luar negeri bebas aktif ini. Namun, dalam penerapannya politik bebas aktif yang diterapkan justru malah mencondong pada blok barat. ![]() Soekarno mengambil alih semua kekuasan yang akhirnya hanya terpusat pada dirinya. Hal ini disebabkan karena ketidakpercayaannya lagi kepada kabinet-kabinet yang sebelumnya telah dibentuknya. Dengan begitu, pada masa ini Soekarno sangat berperan penting dalam jalannya prinsip politik bebas aktif ini. Soekarno dirasa sangat tegas dalam memandang konfrontasi praktik imperialisme dan kolonialisme yang ada pada masa itu.
0 Comments
Leave a Reply. |